Monday, February 27, 2017
0



Resensi Buku Studi Islam Prespekktif Insider dan Outsider
 
1.      Data buku
Judul               : Studi Islam Perspektif Insider / Outsider
Pengarang       : M. Arfan Mu’ammar, Abdul Wahid Hasan dkk
Penerbit           : IRCiSoD
Tahun terbit     : 2013
Cetakan           : II
Dimensi Buku : 12x20 cm tebal 556 Halaman
Harga Buku     : Rp 125.000
Ikhtisar            : 
Pada awal bab pertama buku ini menjelaskan tentang filsafat ilmu. Pemikiran Charles Sanders Pierce. Pada bab pertama ini berisi tentang biografi Charles Sanders Pierce. Penjelasan sedikit tentang aliran filsafat pragmatis. Kemudian poin pertama membahas aliran filsafat pragmatisme  pemikiran Pierce, melalui artikelnya How to Make our Ideas Clear ia menegaskan bahwa teori yang baik harus mengarahkan penemuan fakta-fakta baru dan konsekuensi-konsekuensi pada pemikiran teoritis dalam kenyataan praktis. Bagi Pierce yang terpenting adalah pengarauh yang dimuliki sebuah ide, bukan hakikat ide itu.
Pierce yang menggambarkan dirinya sebagai laboratory philosopher mengawali kerja epistmologinya dengan mengkritik metode Cartesianisme dalam filsafat. Dia menyatakan bahwa Cartesianisme tidak sesuai dengan praktik yang biasa berlaku dalam kerja investigasi.
Charles S. Pierce mengilustrasikan nilai dan paham pragmatismenya dengan mengklarifikasikan konsepsi kita mengenai kebenaran dan realitas. ia menyatakan jika suatu preposisi benar, siapa pun yang meneliti masalahnya dalam jangka panjang dan cukup baik maka akan mengakui kebenarannya. Kebenaran adalah semacam pendapat jangka panjang. Pendapat yang ditakdirkan untuk diakui secara mutlak oleh semua peneliti adalah apa yang kita maksudkan dengan kebenaran, dan obyek yang ditampilkan dengan pendapat ini disebut kenyataan atau realitas. Sementara logika dalam sistem pemikiran Pierce rae-rupakan teori mengenai norma-norma kognitif: metode pengkajian,  standar penyimpulan,  aturan-aturan untuk mengidentifikasi hipotesis yang jelas, prinsip-prinsip untuk mengidentifikasi makna dan sebagainya

Konsep pemikiran Pierce di bai beberapa kategori, yang pertama adalah konsep tentang kategori. Kunci dalam sistem pemikiran Pierce adalah kategori triadic. Menurut Murphy kategori ini merupakan upaya Pierce mengkombinasikan antara Transcendental dan Analiticnya kant Kant dengan idealisme Platonik. Dari doktrin pengetahuan transendental Kant, Pierce menurunkan kategori ontologism triadi, yaitu: materi sebagai objek kosmologi, jiwa sebagai objek psikologi, dan Tuhan sebagai objek teologi. Pierce merujuk dari ketiga ide tersebut ide-ide the It (dunia indrawi), the Thou (dunia mental), dan the I (dunia abstrak). Kemudian Pierce menumnkannya menjadi kata g&ntifirstness, secondness, dan tbirdness.

Yang kedua adalah konsep tanda, menurut Pierce bentuk thridness yang paling penting melibatkan makna (meaning) dan representasi.seluruh karyanya didukung oleh teori cangging mengenai makna (semiotics). Agaknya dia percaya bahawa segala seuatu adalah tanda. Tetapi tanda yang ia perhatikan adalah pemikiran dan jaminan atas kecerdasan ilmiah.
Dan yang keiga adalah Hipotesis dan Model Penalaran Abduktif . penalaran abduktif merupakan logic discovery. Ia memepelajari bagaimana kita diarahkan dalam mengkonstruksi hipotesis mana yang layak diujikan. Seluruh aktivitas ilmiah dilandaskan pada harapan bahwa alam bersifat intelligible,dan dipahami untuk kita.
Model penalaran abduktif seperti yang dikehendaki Pierce, melibatkan tiga macam penyimpulan yaitu :
Hipotesis;   merupakan   awal   mula   pemberangkatan dengan sebuah hipotesis  dan menerimanya sebagailangkah inferensial.
Deduksi;   merupakan  pemeriksaan  hipotesis  dengan mengumpulkan "semua bahan mengenai konsekuensi-konsekuensi eksperensial bersyarat. Langkah ini kata Pierce dinamakan deduksi"
Induksi; tahap ini merupakan pemberangkatan dengan prediksi bahwa hipotesis tersebut menjadi sedemikian rupa  karena  untuk  diuji.   Cara penyimpulan  yang berkarakteristik ini adalah induksi.
Dalam bab ini juga dibahas pemikiran William James, william merupakan tokoh filsafa yang sangat penting karena dua faktor yaitu dia menemukan doktrin empirisme radikal. Berdasarkan doktrinya William berpendapat bahwa pragmatisme memiliki beberapa karakteristik yaitu sebagai berikut :
a.     Beberapa  Pragmatisme  adalah   aliran  filsafat  yang mementingkan  hasil.   Pragmatisme  adalah gagasan yang mementingkan tindakan dan hasil dari tindakan yang dapat diraih.
b.    Pragmatisme adalah aliran filsafat yang demokratis, yaitu paham yang menganggap bahwa semua orang adalah filosof.  Pandangan ini bertentangan dengan pendapat sebelumnya yang mengagungkan pendapat-pendapat filosof besar yang selalu dijadikan parameter kebenaran.
c.     Pragmatisme adalah filsafat yang bersifat individual, maksudnya   kebenaran   bersifat   pribadi.   Kebenaran tidak bersifat mutlak karena proses pencarian kebenaran yang dilakukan masing-masing orang berbeda sehingga hasilnya pun tentu berbeda pula.
d.    Pragmatisme adalah aliran filsafat yang humanistik dan optimis, dalam arti aliran pragmatisme menempatkan manusia sebagai pihak yang menentukan kebenaran. Setiap individu memiliki pengaruh dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu, nasib masing-masing individu terletak di tangannya sendiri.
e.     Pragmatisme adalah aliran filsafat yang  spekulatif Kebenaran itu bersifat relatif, tergantung pada penga-laman atau proses pembuktian yang dilakukan oleh seseorang terhadap kebenaran tersebut. Sesungguhnya tidak ada kebenaran yang bersifat umum dan mut-lak. Kebenaran itu selalu berubah karena suatu ke­benaran akan dikoreksi oleh kebenaran yang muncul kemudian.
Dalam bab ini juga membahas pemikiran John Dewey tokoh tokoh terkenal dari aliran pragmatisme amerika modern. Seperti halnya William james maka Dewey menyatakan bahwa pikiran adalah instrumen untuk mewujudkan tujuan. Filsafat menurut Dewey adalah upaya untuk menyelidiki bagaimana pikiran berfungsi dalam penentuan –penentuan yang berdasarkan pengalaman terutama mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan. Dewey juga mengkritik pandangan tradisional tentang kebenaran yang bersifat statis dan final, sempurna dan abadi.
Kebenaran menurut dewey didefinisikan sebagai penyelidikan. Penyelidikan adalah transformasi terkontrol dan terarah dari situasi yang menentu. Penyelidikan berkaitan dengan transforma­si pokok persoalan secara objektif. Oleh karena itu, kebe­naran adalah opini yang disepakati oleh semua orang yang menyelidikinya.
Berikutnya adalah pemikiran Pierce tentang kebenaran. Pierce membagi kebenaran menjadi dua bagian, pertama, Kebenaran transendental (transcendental truth), yaitu kebenaran yang menetap pada benda itu sendiri, kedua, kebenaran kompleks (complex truth), yaitu kebenaran dalam pernyataan-pernyataan. Kebenaran kompleks inidibagidua hal yakni, kebenaran etis di satu pihak dan kebenaran logis di lain pihak. Kebenaran etis bahwa seluruh pernyataan dengan siapa yang diimani oleh si pembicara. Sedangkan kebenaran logis adalah selarasnya suatu pernyataan dengan realitas yang didefinisikan. . Langkah awal yang harus dilakukan dalam memahami pandangan besar Pierce tentang kebenaran adalah memahami adanya tiga sifat dasar yang ada keyakinan. Pertama, adanya proporsi, kedua, adanya penilaian, dan yang ketiga, adanya kebiasaan dalam ber-pikir.

Sedangkan gagasan Pierce tentang keyakinan dan pencarian keyakinan yang benar, ia mengemukakan dua tipologi, yakni: fixation of belief, usaha untuk meneguhkan keyakinan yang telah dimiliki agar bisa survive, dan clarification of idea yang mencakup metafisika, etika dan logika. Untuk mencapai sebuah keyakinan akan sesuatu, minimal harus ada tiga sifat dasar di atas. Sehingga pada gilirannya, keyakinan akan menghasilkan kebiasaan dalam pikiran (habit of mind).
Menurut Pierce keraguan adalah sebuaha awal pencarian keyakinan yang benar. Ia menawarkan lima konstruksi pemikiran yaitu The Nature of  Belive (keyakinan), method of effecting setttlemen of opinion (cara mempengaruhi menyelesaikan opini), investigation : truth and reality, meaning (makna).
Pada bagian kedua membahasa tentang filsafat ilmu dalam pengkajian islam membangun format epistimologi pemikiran Abed Al jabiri. Dalam bab ini terbagi beberapa pokok bahasan. Yang pertama adalah pendahuluan, menceritakan tentang rekonstruksi epistimologi menurut pemikiran Abed Al jabiri. Dan yang kedua adalah membahas tentang bagaimana pentingnya topik penelitian dalam sudut pandang filsafat ilmu. Yang ketiga adalah hasil penelitian terdahulu. Disisni dijelasakan bahwa Abed Al jabiri dalam merenkonstruksi epistimologinya bermula dengan dasar pemikiran para pendahulnya seperti Ibnu Mandzur, Imam Al Syafii, Al jahids (255 H), al Syatibi, al Ghazali, dan Al muhasibi. Yang ke empat metode penelitian. Membahas tentan metode yang di gunakan Abed Al jabiri, metode yang digunakan Al jabiri adalah dekonstruktif yaitu mengubah tradisi yang kurang relevan dengan realitas dan bersikp eksis terhadap tradisi yang relevan.
Berikutnya membahas tentang Epistimologi Burhani.Yang dimaksud disini adalah bahwa mengukur benar tidaknya sesuatu adalah dengan berdasarkan kemampuan manusia berupa pengalaman manusia dan akal dengan terlepas dari teks wahyu yang bersifat sakral dan dapat memunculkan peripatik. Sumber epistemologi ini adalah realitas dan empiris; alam sosial dan humanities dalam arti ilmu adalah diperoleh dari hasil percobaan, penelitian, eksperimen, baik di laboratorium ataupun alam nyata, baik yang bersifat sosial maupun alam
Dan berikutnya adalah Epistimologi Irfani. Dalam bahasa Arab searti dengan makrifat, Di kalangan para sufi, makrifat di sini diartikan sebagai pengetahuan langsung tentang Tuhan berdasarkan atas wahyu atau petunjuk Tuhan. disiplin gnotisisme ('ulum al-'irfan) yang didasarkan pada wahyu dan "pandangan dalam" sebagai metode epistemologinya, dengan memasukkan sufisme, pemikiran Syafi'i, penafsiran esoterik terhadap al-Qur'an, dao orientasi filsafat iluminasi. Ketiga model epistemologi di atas jika disingkat, metode bay ant adalah tasional, metode irfani adalah intuitif, dan metode burhani adalah empirik, dalam epistimologi umumnya.
Lalu pembahasan berikutnya membahas tentang Ruang lingkup dan istilah kunci penelitia. Ruang lingkup dan istilah kunci penelitian dalam kajiari Muhammad Abed al-Jabiri adalah merujuk pada konsep epistemologinya yang dibangun dengan konstruksi Baydni (penjelasan) yaitu menjelaskan maksud suatu pembicaraan dengan menggunakan lafazh yang paling baik (komunikatif), 'Irfani atau makrifat yaitu berhubungan dengaa pengalaman atau pengetahuan langsung dengan objek pengetahuan hal ini lebih bersumber pada intuisi bukan pada teks.
Berikutnya membahas tentang KontrlbusI dalain ilmu-ilmu Keislaman
Kurang tepatnya kerangka teori filsafat ilmu yang tawarkan Barat seperti Rasionalisme, Empirisme dan Pragmatisme terhadap perkembangan Islamic Studies. Sebab kerangka tersebut lebih tepat untuk wilayah natural sciences, humanities, dan social science. Sedangkan Islamic Studies dan ulumuddin khususnya syariah, akidah, tasawuf, ulum al-Qur'an dan ulum al-hadits lebih terletak pada wilayah classical humanities yang khas untuk pemikiran Islam, untuk itu diperlukan perangkat kerangka analitis epistemologis yang khas untuk, yakni yang disebut oleh Muhammad Abed al jabiri dengan epistimologi bayani, irfani dan burhani.
Dan baian penutup membahas tentang kesimpulan dari pembahasan diatas, yaitu pemikiran abed aljabari tentang rekonstruksi epistimologi islam.
Pad bab kedua membahas tentang ISLAM DAN STUDI-STUD1 AGAMATelaah atas Buku Approaches to Islam In Religious Studies,Karya Richard C. Martin. Dalam baba ini berisi tentang pembahasan yang pertama riwyat Richard C. Martin, dasar penulisan buku dasar penulisan ricard adalah ia merasa bahwa islam harus mendapatkan perhatian lebih dalam studi agama-agama diandingkan saat ini. Hal itu dikarenakan pengaruh global dan pertumbuhan penduduk muslim di dunia. berikutnya studi islam dan sejarah agama agama lalu islamic studies, islam sebagai disiplin studi agama dan analisis Ricard. Dan terakhier penutup yang berisi kesimpulan dari pembahasan.

Pada bab ke tiga membahasa tentang kontribusi Charles J Adam dalam studi islam. Yang dibahas dalam bab ini adalah terminologi agama islam, pendekatan dalam agama islam Charles j Adam mengalami kegelisahan akademik dalam merespon definisi islam carles lalu memnggunakan pendekatan normatif dan deskiptif. Berikutnya seputar kajian islam. Lalu knstribusi Charles J Adam dalam kajian islam dan yang terakhir adalah kritiakn terhadap pemikiran Carles J Adam dan penutup yang berisi kesimupalan.

Lalau bagian kedua membahas tentang religius stadies prespektif insider dan outsider membaca gagasan Kim Knott. Yang di bahas di bagian ini adalah tentang kegelisahan akademik, hasil-hasil penelitian terdahulu, prespektif insider outsider dalam sejarah studi agama, posisi insider dan outsider dalam studi agama, meneliti agama tertentu dalam prespektif outsider insider dan participant observation pendekatan spasial dalam studi agama. Kemudian menuju objektivitas metodologi studi agama.

Lalu bab ke tiga membahas tentang historisitas dalam kajian ilsam prespektif ijtihad Mohammad arkoun. Pokok pembahasannya adalah biografi Mohammad arkoun, kajian histori Mohammad Arkoun, keterkaitan teks dengan historisitas. Bagian kedua membahas tentang metodelogi studi agama prespektif arkoun dan Ibrahim M abu Rabi
Dan bab  ke empa embahas tentang Hermenetika Khaled Aabou  El Fadhl
Bagian ke dua membahas ketakutan laki-laki pada perempuan membahas tentang pemikiran Nasr Hamid abu Zyd bab. Bagian ke tiga Bias Gender Dalam Penafsiran Al Quran.

Bab ke lima membahas tentang islam dalam prespektif hak asai manusia dalam prespektif Fathi Osman, Internasional Human Right and Islamic law dilektika antara Ham Internasional denga Hukum Islam dan islam Islam dan haka asai Manusia Prespektif Fathi Osman

Bab ke enam memmabhas tentang Global salafi Jihadi tantangan atas masa depan dunia dan Global salafism ( jiahadi Slafism Sebagai Sosok Ekstrim Global Salfism).

Bab ke tujuh ,membahas tentang islam progresif dan ijtihan Progresif membaca gagasan Abdullah Saeed dan Muslim Progresif omid safi dan tren-tren islam kontemporer

 Babkedelapan memabahas tentang Maqashid Al syariah dan pendekatan Sistem Dalam Filsafat Hukum Islam prespektif Jaser Auda dan  Maqashid Al syariah Analisis Sistem dalam filsafat hukum islam .

Bab ke sembilan agama cinta dan toleransi dari islam untuk perdamaian dunia  dan pemikiran Fethullah Gulen Dan Islam Kosmo politan


2.      Kelebihan dan kekurangan buku
Setiap penulisan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan adapun kelebihan dan kekuranga dalam buku studi islam prespektif outsider dan insider sebagai berikut :
Kelibahan dalam buku ini adalah dari segi penulisan membuat pembaca menjadi berfikir dinamis dan progresif dan kekurangan dari buku ini adalah ada banyak kata dengan menggunakan bahasa asing yang tidak di jelaskan, sehingga tidak semua orang atau pembaca mengerti.

3.      Penutup
Pada abad yang lalu studi tentang agama-agama manusia menjadi dasar pengembangan akademik, seperti di Amerika, Eropa dan Inggris. Di Amerika Utara misalnya, sekolah-sekolah menyediakan jurusan studi agama, sehingga pada paroh kedua dari abad ke-19, studi scientific agama memperoleh kebebasan dari fakultas-fakultas pada universitas-universitas di Eropa dan Inggris, pada saat itulah masa dimana studi agama, sejarah, antropologi, ketimuran, dan injil menjadi disiplin ilmu yang mandiri Diantara agama-agama yang menarik dikaji oleh masyarakat internasional saat ini adalah agama Islam. Buku ini merupakan representasi dari ketertarikan dunia internasional terhadap Studi Islam, sehingga penulis menyajikan dalam buku ini dua perspektif (insider/outsider) dalam Studi Islam, dengan harapan dapat mewakili opini masyarakat dunia baik dari insider maupun outsider. Buku ini berusaha memberikan alternatif metodologis bagi penelitian agama, terutama terkait dengan pemecahan masalah-masalah keagamaan di Masyarakat Muslim. Adapun permasalahan dalam studi Islam oleh Kim Knott dapat dipetakan menjadi beberapa permasalahan ; Pertama, betapa sulitnya membuat garis demarkasi yang jelas antara wilayah agama dan yang tidak. Kedua, adanya persoalan yang sangat rumit ketika ada yang memahami agama, antara ia sebagai tradisi (tradition) dan sebagai keimanan (faith). Ketiga, terjadinya stagnasi metodologis dan pendekatan di kalangan akademisi maupun praktisi ketika mempelajari studi agama. Di satu pihak, mereka dituntut agar dapat memahami agama dalam orientasi akademik, dan di pihak lain, mereka harus menjaga nilai transendensi agama. Keempat, karena beberapa universitas (baik di Barat maupun di Timur) masih menyimpan sejumlah masalah seputar studi Islam dengan menggunakan pendekatan ilmiah. Buku ini menyugugkan pendekatan-pendekatan dan berbagai wacana yang dapat memperkaya khazanah keilmuan Islam, baik dari insider maupun outsider. Diantara tawaran-tawaran tersebut diberikan oleh : Charles Sanders S. Peirce, Richard. C Martin, Charles J. Adam, Kim Knott, Omid Safi, Abid Al-Jabiri, Ibrahim Abu Rabi’, Khaled Aboe El-Fadl, Abdullah Saeed, Fathi Osman, Fethullah Gulen, Jasser Auda, Mashood A. Baderin, Nasr Hamid Abu Zayd, Muhammad Arkoun. Mereka memahami agama-agama dalam orbit kultur yang sangat beragam. Sehingga, persoalan krusial dalam studi agama secara objektif adalah kuatnya keyakinan truth claim, yang tidak terpisahkan dari kajian dan objek penelitian. Perlunya netralitas dan keluar dari truth claim dalam penelitian agama sangat disarankan oleh Kristensen, van der Leeuw dan Ninian Smart, mereka menawarkan metode agnostisisme. Metode tersebut diidentifikasi oleh Smart - dan dilanjutkan oleh Barker, metode ini mendominasi studi agama pada era 1970-an dan 1980-an. Menurutnya, cara tersebut untuk mendekatkan adanya gap dikotomi antara insider-outsider, menjadi dua sisi yang integral dalam perspektif sehingga menjadi netral. Netralitas yang diinginkan, dalam arti tidak mudah terkooptasi untuk mendukung kepentingan tertentu yang bersifat empiris pragmatis. Senada dengan Smart, Cornelius Tiele memberikan polarisasi, meski masih rancu dan cenderung debatable dalam Elements of the Science of Religion (1897). Ia membedakan antara private religious subjectivity of individual (keberagamaan individu yang subjektif) dengan outward impartiality as a scholar of religion (peneliti kajian agama yang netral), sebagai instrumen mendasar untuk studi agama menuju pada hasil yang objektif. Meski dua tipologi itu memberi penegasan karakter, namun justifikasi dari keduanya yang masih memicu kontroversi, seakan ia telah menjustifikasi bahwa insider cenderung melihat persoalan keberagamaan secara subjektif, sedangkan peneliti outsider memandangnya secara objektif impartial. Konsepsi Barat tentang objektivitas dalam studi agama digambarkan oleh Wilfred C. Smith sebagai berikut; No statement about a religion is valid unless it can be acknowledged by that religion’s believers, Merujuk pada studi pribadinya, Smith juga menegaskan, Anything that I say about Islam as a living faith is valid, only as far as Muslims can say “amin” to it. Ungkapan yang simpatik dari outsider, meski tetap perlu untuk dikritisi. Sejatinya, kajian Islam dari para outsider memberi kontribusi gagasan-gagasan besar ilmiah yang memicu gerakan intelektual dalam peradaban Islam. Lahirnya daya kritis Islam terkadang lahir berkat kajian-kajian para outsider. Dengan cara berfikir kritis, intelektual Muslim mengetahui problem yang sedang dihadapi, sembari mengusulkan berbagai pemecahan yang harus segera dilakukan. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan ribuan terimakasih kepada Prof. Dr. Syafiq A. Mughni, MA., yang meluangkan waktunya untuk memberi kata pengantar pada buku ini. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih khususnya kepada Prof. Dr. Amin Abdullah, MA., yang telah memberikan pencerahan akademik, memperkaya perspektif serta memberikan masukan-masukan berarti pada kami, karena sejatinya tulisan dalam buku ini adalah buah dari diskusi penulis dengan Prof. Amin dalam mata kuliah metodologi studi Islam di kelas. Namun perlu disadari bahwa, setiap tulisan dalam buku ini masih menyimpan banyak kelemahan, karena itu saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca sangat dinantikan, untuk kemudian dapat disajikan bahan-bahan bagi penyempurnaan.





 

0 comments:

Post a Comment