Resensi Buku Studi Islam Prespekktif Insider
dan Outsider
1. Data buku
Judul
: Studi Islam Perspektif
Insider / Outsider
Pengarang : M. Arfan Mu’ammar, Abdul Wahid Hasan
dkk
Penerbit : IRCiSoD
Tahun
terbit : 2013
Cetakan : II
Dimensi
Buku : 12x20 cm tebal 556 Halaman
Harga
Buku : Rp 125.000
Ikhtisar
:
Pada awal bab pertama buku ini menjelaskan tentang filsafat
ilmu. Pemikiran Charles Sanders Pierce. Pada bab pertama ini berisi tentang
biografi Charles Sanders Pierce. Penjelasan sedikit tentang aliran filsafat
pragmatis. Kemudian poin pertama membahas aliran filsafat pragmatisme pemikiran Pierce, melalui artikelnya How to
Make our Ideas Clear ia menegaskan bahwa teori yang baik harus mengarahkan penemuan
fakta-fakta baru dan konsekuensi-konsekuensi pada pemikiran teoritis dalam
kenyataan praktis. Bagi Pierce yang terpenting adalah pengarauh yang dimuliki
sebuah ide, bukan hakikat ide itu.
Pierce yang menggambarkan dirinya sebagai laboratory philosopher
mengawali kerja epistmologinya dengan mengkritik metode Cartesianisme dalam
filsafat. Dia menyatakan bahwa Cartesianisme tidak sesuai dengan praktik yang
biasa berlaku dalam kerja investigasi.
Charles S. Pierce mengilustrasikan
nilai dan paham pragmatismenya dengan mengklarifikasikan konsepsi kita mengenai
kebenaran dan realitas. ia menyatakan jika suatu preposisi benar, siapa pun
yang meneliti masalahnya dalam jangka panjang dan cukup baik maka akan mengakui
kebenarannya. Kebenaran adalah semacam pendapat jangka panjang. Pendapat yang
ditakdirkan untuk diakui secara mutlak oleh semua peneliti adalah apa yang kita
maksudkan dengan kebenaran, dan obyek yang ditampilkan dengan pendapat ini
disebut kenyataan atau realitas. Sementara logika dalam sistem pemikiran Pierce rae-rupakan teori
mengenai norma-norma kognitif: metode pengkajian, standar penyimpulan, aturan-aturan untuk
mengidentifikasi hipotesis yang jelas, prinsip-prinsip untuk mengidentifikasi
makna dan sebagainya
Konsep pemikiran Pierce di bai
beberapa kategori, yang pertama adalah konsep tentang kategori. Kunci dalam sistem pemikiran Pierce
adalah kategori triadic. Menurut Murphy kategori ini
merupakan upaya Pierce mengkombinasikan antara Transcendental dan Analiticnya
kant Kant dengan
idealisme Platonik. Dari doktrin pengetahuan transendental Kant, Pierce
menurunkan kategori ontologism triadi, yaitu: materi sebagai objek kosmologi,
jiwa sebagai objek psikologi, dan Tuhan sebagai objek teologi. Pierce merujuk
dari ketiga ide tersebut ide-ide the It (dunia indrawi), the Thou (dunia
mental), dan the I (dunia abstrak). Kemudian Pierce menumnkannya menjadi kata
g&ntifirstness, secondness, dan tbirdness.
Yang kedua adalah konsep tanda, menurut Pierce bentuk
thridness yang paling penting melibatkan makna (meaning) dan
representasi.seluruh karyanya didukung oleh teori cangging mengenai makna
(semiotics). Agaknya dia percaya bahawa segala seuatu adalah tanda. Tetapi
tanda yang ia perhatikan adalah pemikiran dan jaminan atas kecerdasan ilmiah.
Dan yang keiga adalah Hipotesis dan Model Penalaran Abduktif
. penalaran abduktif merupakan logic discovery. Ia memepelajari bagaimana kita
diarahkan dalam mengkonstruksi hipotesis mana yang layak diujikan. Seluruh aktivitas ilmiah
dilandaskan pada harapan bahwa alam
bersifat intelligible,dan dipahami untuk kita.
Model penalaran
abduktif seperti yang dikehendaki Pierce, melibatkan tiga macam
penyimpulan yaitu :
Hipotesis; merupakan
awal mula pemberangkatan dengan sebuah hipotesis dan menerimanya sebagailangkah inferensial.
Deduksi; merupakan
pemeriksaan hipotesis dengan mengumpulkan "semua bahan
mengenai konsekuensi-konsekuensi eksperensial bersyarat. Langkah ini kata
Pierce dinamakan deduksi"
Induksi;
tahap ini merupakan pemberangkatan dengan prediksi bahwa hipotesis tersebut
menjadi sedemikian rupa karena untuk
diuji. Cara penyimpulan yang berkarakteristik ini adalah induksi.
Dalam bab ini juga dibahas pemikiran William James, william merupakan
tokoh filsafa yang sangat penting karena dua faktor yaitu dia menemukan doktrin
empirisme radikal. Berdasarkan doktrinya William berpendapat bahwa pragmatisme
memiliki beberapa karakteristik yaitu sebagai berikut :
a. Beberapa
Pragmatisme adalah aliran
filsafat yang mementingkan hasil.
Pragmatisme adalah gagasan yang
mementingkan tindakan dan hasil dari tindakan yang dapat diraih.
b.
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang demokratis, yaitu paham yang
menganggap bahwa semua orang adalah filosof.
Pandangan ini bertentangan dengan pendapat sebelumnya yang mengagungkan
pendapat-pendapat filosof besar yang selalu dijadikan parameter kebenaran.
c. Pragmatisme adalah filsafat yang bersifat
individual, maksudnya kebenaran bersifat
pribadi. Kebenaran tidak
bersifat mutlak karena proses pencarian kebenaran yang dilakukan masing-masing
orang berbeda sehingga hasilnya pun tentu berbeda pula.
d.
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang humanistik dan optimis, dalam
arti aliran pragmatisme menempatkan manusia sebagai pihak yang menentukan
kebenaran. Setiap individu memiliki pengaruh dalam peristiwa-peristiwa yang
terjadi di lingkungannya. Oleh karena itu, nasib masing-masing individu
terletak di tangannya sendiri.
e. Pragmatisme adalah aliran filsafat yang spekulatif Kebenaran itu bersifat relatif,
tergantung pada penga-laman atau proses pembuktian yang dilakukan oleh
seseorang terhadap kebenaran tersebut. Sesungguhnya tidak ada kebenaran yang
bersifat umum dan mut-lak. Kebenaran itu selalu berubah karena suatu kebenaran
akan dikoreksi oleh kebenaran yang muncul kemudian.
Dalam bab ini juga membahas pemikiran John Dewey tokoh tokoh
terkenal dari aliran pragmatisme amerika modern. Seperti halnya William james
maka Dewey menyatakan bahwa pikiran adalah instrumen untuk mewujudkan tujuan.
Filsafat menurut Dewey adalah upaya untuk menyelidiki bagaimana pikiran
berfungsi dalam penentuan –penentuan yang berdasarkan pengalaman terutama
mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan. Dewey juga mengkritik pandangan
tradisional tentang kebenaran yang bersifat statis dan final, sempurna dan
abadi.
Kebenaran menurut dewey didefinisikan sebagai penyelidikan.
Penyelidikan adalah transformasi terkontrol dan terarah dari situasi yang menentu. Penyelidikan berkaitan
dengan transformasi pokok persoalan secara objektif. Oleh karena itu, kebenaran
adalah opini yang disepakati oleh semua orang yang menyelidikinya.
Berikutnya adalah pemikiran Pierce
tentang kebenaran. Pierce
membagi kebenaran menjadi dua bagian, pertama, Kebenaran transendental
(transcendental truth), yaitu kebenaran yang menetap pada benda itu sendiri,
kedua, kebenaran kompleks (complex truth), yaitu kebenaran dalam
pernyataan-pernyataan. Kebenaran kompleks inidibagidua hal yakni, kebenaran
etis di satu pihak dan kebenaran logis di lain pihak. Kebenaran etis bahwa
seluruh pernyataan dengan siapa yang diimani oleh si pembicara. Sedangkan
kebenaran logis adalah selarasnya suatu pernyataan dengan
realitas yang didefinisikan. . Langkah awal yang harus dilakukan dalam memahami pandangan besar
Pierce tentang kebenaran adalah memahami adanya tiga sifat dasar yang
ada keyakinan. Pertama, adanya proporsi, kedua, adanya penilaian, dan yang
ketiga, adanya kebiasaan dalam ber-pikir.
Sedangkan
gagasan Pierce tentang keyakinan dan pencarian keyakinan yang benar, ia
mengemukakan dua tipologi, yakni: fixation of belief, usaha untuk meneguhkan
keyakinan yang telah dimiliki agar bisa survive, dan clarification of idea yang
mencakup metafisika, etika dan logika. Untuk mencapai sebuah keyakinan akan
sesuatu, minimal harus ada tiga sifat dasar di atas. Sehingga pada gilirannya,
keyakinan akan menghasilkan kebiasaan dalam pikiran (habit of mind).
Menurut Pierce keraguan adalah sebuaha awal pencarian
keyakinan yang benar. Ia menawarkan lima konstruksi pemikiran yaitu The Nature
of Belive (keyakinan), method of
effecting setttlemen of opinion (cara mempengaruhi menyelesaikan opini),
investigation : truth and reality, meaning (makna).
Pada bagian kedua membahasa tentang filsafat ilmu dalam
pengkajian islam membangun format epistimologi pemikiran Abed Al jabiri. Dalam
bab ini terbagi beberapa pokok bahasan. Yang pertama adalah pendahuluan,
menceritakan tentang rekonstruksi epistimologi menurut pemikiran Abed Al
jabiri. Dan yang kedua adalah membahas tentang bagaimana pentingnya topik
penelitian dalam sudut pandang filsafat ilmu. Yang ketiga adalah hasil
penelitian terdahulu. Disisni dijelasakan bahwa Abed Al jabiri dalam
merenkonstruksi epistimologinya bermula dengan dasar pemikiran para pendahulnya
seperti Ibnu Mandzur, Imam Al Syafii, Al jahids (255 H), al Syatibi, al Ghazali,
dan Al muhasibi. Yang ke empat metode penelitian. Membahas tentan metode yang
di gunakan Abed Al jabiri, metode yang digunakan Al jabiri adalah dekonstruktif
yaitu mengubah tradisi yang kurang relevan dengan realitas dan bersikp eksis
terhadap tradisi yang relevan.
Berikutnya membahas tentang Epistimologi Burhani.Yang
dimaksud disini adalah bahwa mengukur benar tidaknya sesuatu adalah dengan
berdasarkan kemampuan manusia berupa pengalaman manusia dan akal dengan
terlepas dari teks wahyu yang bersifat sakral dan dapat memunculkan peripatik. Sumber epistemologi ini adalah
realitas dan empiris; alam sosial dan humanities dalam arti ilmu adalah
diperoleh dari hasil percobaan, penelitian, eksperimen, baik di laboratorium
ataupun alam nyata, baik yang bersifat sosial maupun alam
Dan berikutnya adalah Epistimologi Irfani. Dalam bahasa Arab
searti dengan makrifat, Di kalangan para sufi, makrifat di sini diartikan
sebagai pengetahuan langsung tentang Tuhan berdasarkan atas wahyu atau petunjuk
Tuhan. disiplin gnotisisme ('ulum al-'irfan) yang didasarkan pada wahyu dan
"pandangan dalam" sebagai metode epistemologinya, dengan memasukkan
sufisme, pemikiran Syafi'i, penafsiran esoterik terhadap al-Qur'an, dao
orientasi filsafat iluminasi. Ketiga model epistemologi di atas jika disingkat, metode bay ant adalah
tasional, metode irfani adalah intuitif, dan metode
burhani adalah empirik, dalam epistimologi umumnya.
Lalu pembahasan berikutnya membahas tentang Ruang lingkup dan istilah kunci
penelitia. Ruang lingkup dan istilah kunci penelitian dalam kajiari Muhammad
Abed al-Jabiri adalah merujuk pada konsep epistemologinya yang dibangun dengan
konstruksi Baydni (penjelasan) yaitu menjelaskan maksud suatu pembicaraan
dengan menggunakan lafazh yang paling baik (komunikatif), 'Irfani atau makrifat
yaitu berhubungan dengaa pengalaman atau pengetahuan langsung dengan objek
pengetahuan hal ini lebih bersumber pada intuisi bukan pada teks.
Berikutnya membahas tentang KontrlbusI dalain ilmu-ilmu Keislaman
Kurang tepatnya kerangka teori filsafat
ilmu yang tawarkan Barat seperti Rasionalisme, Empirisme dan Pragmatisme
terhadap perkembangan Islamic Studies. Sebab kerangka tersebut lebih tepat
untuk wilayah natural sciences, humanities, dan social science. Sedangkan
Islamic Studies dan ulumuddin khususnya syariah, akidah, tasawuf, ulum
al-Qur'an dan ulum al-hadits lebih terletak pada wilayah classical humanities
yang khas untuk pemikiran Islam, untuk itu diperlukan perangkat kerangka
analitis epistemologis yang khas untuk, yakni yang disebut oleh
Muhammad Abed al jabiri dengan epistimologi bayani, irfani dan burhani.
Dan baian penutup membahas tentang kesimpulan dari
pembahasan diatas, yaitu pemikiran abed aljabari tentang rekonstruksi
epistimologi islam.
Pad bab kedua membahas tentang ISLAM DAN STUDI-STUD1 AGAMATelaah
atas Buku Approaches to Islam In Religious Studies,Karya
Richard C.
Martin. Dalam baba ini berisi tentang
pembahasan yang pertama riwyat Richard C. Martin, dasar penulisan buku
dasar penulisan ricard adalah ia merasa bahwa islam harus mendapatkan perhatian
lebih dalam studi agama-agama diandingkan saat ini. Hal itu dikarenakan
pengaruh global dan pertumbuhan penduduk muslim di dunia. berikutnya studi
islam dan sejarah agama agama lalu islamic studies, islam sebagai disiplin
studi agama dan analisis Ricard. Dan terakhier penutup yang berisi kesimpulan
dari pembahasan.
Pada bab ke tiga membahasa tentang
kontribusi Charles J Adam dalam studi islam. Yang dibahas dalam bab ini adalah
terminologi agama islam, pendekatan dalam agama islam Charles j Adam mengalami
kegelisahan akademik dalam merespon definisi islam carles lalu memnggunakan
pendekatan normatif dan deskiptif. Berikutnya seputar kajian islam. Lalu
knstribusi Charles J Adam dalam kajian islam dan yang terakhir adalah kritiakn
terhadap pemikiran Carles J Adam dan penutup yang berisi kesimupalan.
Lalau bagian kedua membahas
tentang religius stadies prespektif insider dan outsider membaca gagasan Kim
Knott. Yang di bahas di bagian ini adalah tentang kegelisahan akademik,
hasil-hasil penelitian terdahulu, prespektif insider outsider dalam sejarah
studi agama, posisi insider dan outsider dalam studi agama, meneliti agama
tertentu dalam prespektif outsider insider dan participant observation
pendekatan spasial dalam studi agama. Kemudian menuju objektivitas metodologi
studi agama.
Lalu bab ke tiga membahas tentang
historisitas dalam kajian ilsam prespektif ijtihad Mohammad arkoun. Pokok
pembahasannya adalah biografi Mohammad arkoun, kajian histori Mohammad Arkoun,
keterkaitan teks dengan historisitas. Bagian kedua membahas tentang metodelogi
studi agama prespektif arkoun dan Ibrahim M abu Rabi
Dan bab ke empa embahas tentang Hermenetika Khaled
Aabou El Fadhl
Bagian ke dua membahas ketakutan
laki-laki pada perempuan membahas tentang pemikiran Nasr Hamid abu Zyd bab.
Bagian ke tiga Bias Gender Dalam Penafsiran Al Quran.
Bab ke lima membahas tentang islam
dalam prespektif hak asai manusia dalam prespektif Fathi Osman, Internasional
Human Right and Islamic law dilektika antara Ham Internasional denga Hukum
Islam dan islam Islam dan haka asai Manusia Prespektif Fathi Osman
Bab ke enam memmabhas tentang Global
salafi Jihadi tantangan atas masa depan dunia dan Global salafism ( jiahadi
Slafism Sebagai Sosok Ekstrim Global Salfism).
Bab ke tujuh ,membahas tentang islam
progresif dan ijtihan Progresif membaca gagasan Abdullah Saeed dan Muslim
Progresif omid safi dan tren-tren islam kontemporer
Babkedelapan memabahas tentang Maqashid Al
syariah dan pendekatan Sistem Dalam Filsafat Hukum Islam prespektif Jaser Auda
dan Maqashid Al syariah Analisis Sistem
dalam filsafat hukum islam .
Bab ke sembilan agama cinta dan
toleransi dari islam untuk perdamaian dunia
dan pemikiran Fethullah Gulen Dan Islam Kosmo politan
2. Kelebihan dan kekurangan buku
Setiap
penulisan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan adapun kelebihan dan
kekuranga dalam buku studi islam prespektif outsider dan insider sebagai
berikut :
Kelibahan
dalam buku ini adalah dari segi penulisan membuat pembaca menjadi berfikir
dinamis dan progresif dan kekurangan dari buku ini adalah ada banyak kata
dengan menggunakan bahasa asing yang tidak di jelaskan, sehingga tidak semua orang
atau pembaca mengerti.
3. Penutup
Pada abad yang lalu studi tentang agama-agama manusia
menjadi dasar pengembangan akademik, seperti di Amerika, Eropa dan Inggris. Di
Amerika Utara misalnya, sekolah-sekolah menyediakan jurusan studi agama,
sehingga pada paroh kedua dari abad ke-19, studi scientific agama memperoleh
kebebasan dari fakultas-fakultas pada universitas-universitas di Eropa dan
Inggris, pada saat itulah masa dimana studi agama, sejarah, antropologi,
ketimuran, dan injil menjadi disiplin ilmu yang mandiri Diantara agama-agama
yang menarik dikaji oleh masyarakat internasional saat ini adalah agama Islam.
Buku ini merupakan representasi dari ketertarikan dunia internasional terhadap
Studi Islam, sehingga penulis menyajikan dalam buku ini dua perspektif
(insider/outsider) dalam Studi Islam, dengan harapan dapat mewakili opini
masyarakat dunia baik dari insider maupun outsider. Buku ini berusaha
memberikan alternatif metodologis bagi penelitian agama, terutama terkait
dengan pemecahan masalah-masalah keagamaan di Masyarakat Muslim. Adapun
permasalahan dalam studi Islam oleh Kim Knott dapat dipetakan menjadi beberapa
permasalahan ; Pertama, betapa sulitnya membuat garis demarkasi yang jelas
antara wilayah agama dan yang tidak. Kedua, adanya persoalan yang sangat rumit
ketika ada yang memahami agama, antara ia sebagai tradisi (tradition) dan
sebagai keimanan (faith). Ketiga, terjadinya stagnasi metodologis dan
pendekatan di kalangan akademisi maupun praktisi ketika mempelajari studi
agama. Di satu pihak, mereka dituntut agar dapat memahami agama dalam orientasi
akademik, dan di pihak lain, mereka harus menjaga nilai transendensi agama.
Keempat, karena beberapa universitas (baik di Barat maupun di Timur) masih
menyimpan sejumlah masalah seputar studi Islam dengan menggunakan pendekatan
ilmiah. Buku ini menyugugkan pendekatan-pendekatan dan berbagai wacana yang
dapat memperkaya khazanah keilmuan Islam, baik dari insider maupun outsider.
Diantara tawaran-tawaran tersebut diberikan oleh : Charles Sanders S. Peirce,
Richard. C Martin, Charles J. Adam, Kim Knott, Omid Safi, Abid Al-Jabiri,
Ibrahim Abu Rabi’, Khaled Aboe El-Fadl, Abdullah Saeed, Fathi Osman, Fethullah
Gulen, Jasser Auda, Mashood A. Baderin, Nasr Hamid Abu Zayd, Muhammad Arkoun.
Mereka memahami agama-agama dalam orbit kultur yang sangat beragam. Sehingga,
persoalan krusial dalam studi agama secara objektif adalah kuatnya keyakinan
truth claim, yang tidak terpisahkan dari kajian dan objek penelitian. Perlunya
netralitas dan keluar dari truth claim dalam penelitian agama sangat disarankan
oleh Kristensen, van der Leeuw dan Ninian Smart, mereka menawarkan metode
agnostisisme. Metode tersebut diidentifikasi oleh Smart - dan dilanjutkan oleh
Barker, metode ini mendominasi studi agama pada era 1970-an dan 1980-an.
Menurutnya, cara tersebut untuk mendekatkan adanya gap dikotomi antara
insider-outsider, menjadi dua sisi yang integral dalam perspektif sehingga
menjadi netral. Netralitas yang diinginkan, dalam arti tidak mudah terkooptasi
untuk mendukung kepentingan tertentu yang bersifat empiris pragmatis. Senada
dengan Smart, Cornelius Tiele memberikan polarisasi, meski masih rancu dan
cenderung debatable dalam Elements of the Science of Religion (1897). Ia
membedakan antara private religious subjectivity of individual (keberagamaan
individu yang subjektif) dengan outward impartiality as a scholar of religion
(peneliti kajian agama yang netral), sebagai instrumen mendasar untuk studi
agama menuju pada hasil yang objektif. Meski dua tipologi itu memberi penegasan
karakter, namun justifikasi dari keduanya yang masih memicu kontroversi, seakan
ia telah menjustifikasi bahwa insider cenderung melihat persoalan keberagamaan
secara subjektif, sedangkan peneliti outsider memandangnya secara objektif
impartial. Konsepsi Barat tentang objektivitas dalam studi agama digambarkan
oleh Wilfred C. Smith sebagai berikut; No statement about a religion is valid
unless it can be acknowledged by that religion’s believers, Merujuk pada studi
pribadinya, Smith juga menegaskan, Anything that I say about Islam as a living
faith is valid, only as far as Muslims can say “amin” to it. Ungkapan yang
simpatik dari outsider, meski tetap perlu untuk dikritisi. Sejatinya, kajian
Islam dari para outsider memberi kontribusi gagasan-gagasan besar ilmiah yang
memicu gerakan intelektual dalam peradaban Islam. Lahirnya daya kritis Islam
terkadang lahir berkat kajian-kajian para outsider. Dengan cara berfikir
kritis, intelektual Muslim mengetahui problem yang sedang dihadapi, sembari
mengusulkan berbagai pemecahan yang harus segera dilakukan. Dalam kesempatan
ini, penulis mengucapkan ribuan terimakasih kepada Prof. Dr. Syafiq A. Mughni,
MA., yang meluangkan waktunya untuk memberi kata pengantar pada buku ini. Tidak
lupa penulis ucapkan terimakasih khususnya kepada Prof. Dr. Amin Abdullah, MA.,
yang telah memberikan pencerahan akademik, memperkaya perspektif serta
memberikan masukan-masukan berarti pada kami, karena sejatinya tulisan dalam
buku ini adalah buah dari diskusi penulis dengan Prof. Amin dalam mata kuliah
metodologi studi Islam di kelas. Namun perlu disadari bahwa, setiap tulisan
dalam buku ini masih menyimpan banyak kelemahan, karena itu saran dan kritik
yang konstruktif dari pembaca sangat dinantikan, untuk kemudian dapat disajikan
bahan-bahan bagi penyempurnaan.
0 comments:
Post a Comment